Selasa, 02 Desember 2014

Mahasiswa Unsyiah Rancang Mobil Tenaga Surya

BANDA ACEH – Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh membuat mobil listrik tenaga surya sebagai salah satu alternatif mobil masa depan yang ramah lingkungan. Mobil tanpa bahan bakar minyak (BBM) ini diperkanalkan kepada umum dalam sebuah pameran di kampus tersebut.
Mobil ini dirancang oleh tujuh mahasiswa Jurusan Mesin yakni Alfurqan, Yasir Arafat, Khalil Fasmi, Moerizal (angkatan 2009), Reza Pahlevi (2010), Reza Al Furqan, dan Mardhatillah (2011). Salah satu dosen pembimbing proyek ini adalah Muhammad Tajuddin.
Alfurqan mengatakan, ide merancang mobil hemat energi muncul saat mencuatnya rencana kenaikan harga BBM beberapa waktu lalu. "Kami mencoba memperkenalkan mobil listrik menggunakan energi tenaga surya sebagai energi alternatif untuk masa depan," kata Alfurqan kepada wartawan, Senin (1/12/2014).
Menurutnya mobil dirancang di Laboratorium Desain dan Manufaktur fakultasnya. Proses pengerjaan dilakukan tiga hari tiga malam, sementara desain rangkanya sudah disiapkan jauh hari sebelumnya.
Mobil ini menggunakan empat solar panel untuk menyerap energi matahari. Masing-masing panel diletakkan di atap, dua lagi di penutup bagasi. Kapasitas masing-masing panel mampu menyerap 50 watt energi.
Energi surya yang diserap solar panel, kemudian ditransfer ke solar charger controller yang selanjutnya dihubungkan ke baterai aki. Saat aki sudah penuh, pengecasan terhenti. Arus dari tiga aki itu kemudian digunakan untuk menjalankan mesin, dan dihubungkan ke pedal gas sebagai pengontrol melalui kabel.
"Kecepatannya diatur oleh pedal gas," jelas Alfurqan. Satu aki lagi untuk menjalankan elektrikal mobil seperti rem, lampu, klakson dan lainnya.
Jika cuaca terik dan energi surya terserap penuh, mobil ini bisa digunakan seharian. Panel ini tahan terhadap hujan. Jika cuaca mendung atau malam hari, bisa dilakukan pengecasan melalui energi listrik.
Dalam kesempatan itu, Alfurqan mempersilakan awak media untuk menguji mobil yang mesinnya tak mengeluarkan suara. Mobil ini juga tanpa knalpot, karena tak ada pembakaran karbon sehingga lebih ramah lingkungan.
Alfurqan mengatakan sebagian besar material mobil ini dibeli dari luar Aceh. Mereka sudah menghabiskan biaya hampir Rp20 juta, yang dikumpulkan secara swadaya melibatkan para dosen.
Muhammad Tajuddin, dosen yang membimbing mereka menambahkan, mobil ini hanyalah tahap awal pengenalan energi surya untuk kendaraan. Pihaknya akan terus menyempurnakannya dengan berbagai improvisasi dan aplikasi, termasuk desain body dan mencari panel soler yang fleksibel sehingga menjadi mobil alternatif untuk masa depan.
"Konsep teknologinya sudah sempurna kita pakai, tapi alat-alatnya belum sempurna," ujarnya.
Menurutnya mobil ini diproyeksikan bisa sempurna dalam beberapa tahun mendatang, sehingga dapat digunakan sebagai solusi atas kemungkinan krisis BBM yang bisa terjadi di masa depan. Mobil ini juga didorong menjadi salah satu objek penelitian mahasiswa. Dengan begitu, akan banyak lagi masukan-masukan untuk penyempurnaannya. Bahkan, Unsyiah berencana akan menjadikan mobil ini sebagai transportasi alternatif di kampus.
Selain mobil listrik energi tenaga surya, Alfurqan dan kawan-kawan kini sedang memikirkan pembuatan perahu nelayan tenaga surya. Perahu itu nantinya diharapkan menjadi alternatif bagi nelayan yang selama ini sulit melaut karena mahalnya BBM.
sumber ; Okezone