Rabu, 23 September 2015

Kisah Pak Harun, Melewati Cobaan Insiden Crane Bersama Kain Ihramnya



Makkah - Pakaian ihram masih melekat di tubuhnya. Dia duduk dalam keheningan di jejeran jemaah Indonesia yang menjadi korban kecelakaan crane di Masjidil Haram. Sesekali dia membenahi kain ihram untuk melindungi tubuh bagian atasnya dari hawa menusuk mesin pendingin ruangan RS Alnoor.

Tidak ada orang lain selain Muhammad Harun Abdul Hamid di auditorium Alnoor yang memakai kain ihram. Semuanya mengenakan baju sehari-hari.

"Saya sedang haji ifrad," tuturnya singkat, Rabu (16/9/2015), saat ditanya kenapa mengenakan pakaian ihram. Saat berhadap-hadapan dengan Muhammad Harun, tak tampak luka yang mendera pria asal Maros ini. 

Padahal saat 11 September lalu, kepala Muhammad terhantam benda tumpul sampai perlu mendapat penanganan di RS King Abdul Aziz selama 2 hari.

"Kepala masih nyut-nyut gitu," katanya.

Kepala bagian belakang Muhammad Harun terlihat bekas jahitan yang memanjang. Tidak cuma satu, tapi ada beberapa jalur sulaman benang jahit yang berbeda. Lukanya sudah tampak mengering, rambutnya terpaksa dicukur cepak agar memudahkan penanganan medis.

Muhammad Harun sudah bertekad untuk melakukan haji Ifrad sejak dari Tanah Air. Dia tiba pada tanggal 9 September di Jeddah, 2 hari sebelum kejadian yang mungkin tidak bakal dilupakannya seumur hidup.

Haji Ifrad mewajibkan orang yang melakukannya untuk tetap berihram sampai puncak haji di Arafah dan Mina selesai. Baru setelah itu dia bertahallul dan boleh mengganti ihramnya dengan pakaian biasa serta memakai wewangian di tubuhnya.

Saat kepalanya terluka, Muhammad Harun dalam kondisi sadar. Hanya saja dia tidak mengetahui apa yang menghantam kepalanya sehingga perlu dijahit.

"Ada 30 jahitan. Saya ditolong kawan yang kenal," katanya

Niatnya untuk bertahan di Masjidil Haram sampai salat Maghrib pupus. Allah berkehendak lain saat kejadian yang diawali dengan angin kencang itu menimpa dirinya. Prosesnya begitu cepat, Harun tidak bisa berpikir jernih tentang apa yang terjadi.

"Pak Harun... Pak Harun..." kata Muhammad Harun menirukan panggilan orang yang menolongnya. Dia lalu langsung dibawa ke RS untuk menjalani perawatan.

Tekad untuk menunaikan haji ifrad mewajibkan Muhammad Harun menjalani perawatan dalam kondisi mengenakan ihram. Tentunya ada dinamika tersendiri saat Muhammad Harun harus berada dalam kesakitan dengan hanya mengenakan dua helai kain tanpa jahitan.

"Bapak tidak haji tamattu saja?" tanya seorang petugas yang berpikir mungkin Muhammad Harun akan lebih nyaman kalau mengenakan pakaian biasa saja.

Harun bergeming dengan kekerasan hati dan niatnya. Dia sudah bertekad untuk memakai ihram sekurangnya 16 hari sampai dengan puncak haji selesai. Dia harus melewati detik demi detik waktu dengan mengenakan 2 lembar kain berwarna putih saja.

"Saya memang sudah niat dari Tanah Air," katanya

Pihak keluarga, menurut Harun, sudah mengetahui kondisinya dari siaran televisi. Harun pun sudah berkomunikasi dengan keluarganya di Tanah Air untuk memastikan kondisinya baik-baik saja.

Setelah menerima bingkisan dari Kementerian Kesehatan Arab Saudi, Harun dan jemaah haji Indonesia yang lain beringsut ke mobil yang akan membawa mereka kembali  ke penginapan. Harun bergerak bersama jemaah lain, berjalan perlahan dengan tas kecil haji berwarna hijau dan pakaian ihrom putihnya yang sudah tidak lagi bernoda darah.

Semoga sehat selalu Pak Harun. Semoga tetap istiqomah dengan haji ifradnya.